Suruwally: Kegagalan Penyerapan DAU Peruntukkan Bukan Kesalahan OPD Teknis Semata Tetapi Juga Kontraktor

Piru (27/11/2023), saatkita.com - Persoalan gagal diserapnya DAU Peruntukkan sebesar 25% dari APBD SBB Tahun Anggaran  2023, yang jumlahnya mencapai Rp 36 milyar  juga mendapat tanggapan dari PLT Kadis PUPR SBB, Nasir Suruwaly, S.T., M.T.

Suruwaly yang ditemui media ini di Kantor Bupati SBB, Jalan J.F Puttileihalat, Kota Piru, pada Senin  (20/11/2023),  mengaku dinasnya juga kena imbas dari kegagalan penyerapan anggaran sebesar 25 % tersebut.

Menurut Suruwally, untuk proyek fisik Dinas PUPR SBB, kegagalan penyerapan anggaran jumlahnya  berkisar Rp 3 milyar lebih,  tetapi PLT Kadis PUPR SBB itu menyatakan kegagalan tersebut disebakan  juga karena ulah kontraktor.

"Kita ambil contoh misalnya,  ada pekerjaan yang gampang-gampang tetapi kenapa ditunda-tunda, padahal   yang kita kejar ini adalah progress dari proyek itu, akibat dari mereka sandiri (kontraktor) yang terlambat akhirnya uang tidak bisa ditransfer dari pusat," urainya.

Karena persoalan ini, maka Suruwally juga menyatakan, dirinya juga sering menegur para PPK untuk menyuruh para kontraktor itu supaya bisa cepat mengejar progress dari proyek-proyek tersebut, bahkan ia mengakui ada beberapa proyek yang pembayarannya batas akibat dari pihak ketiga belum mencukupi progressnya telah ditetapkan.

"Makanya kalau mengeluh bukan dong (DPRD) saja ke katong (OPD teknis), tetapi katong (OPD Teknis) juga mengeluh ke para kontraktor, karena progressnya tidak tercapai,  kalau saat itu progressnya sudah tercapai beta yakin seng ada masalah," jabarnya.

Untuk solusi bagi persoalan ini, Suruwally mengungkapkan, tidak boleh ada saling menyalahkan, tetapi harus dikomunikasikan secara intens karena dalam persoalan itu sinergitas antar sektor juga menjadi penting.
 
Selain itu, Suruwally juga meminta para PPK yang terlibat dari pekerjaan itu untuk lebih tegas kepada kontraktor yang lelet dalam menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan teguran jika lalai.

Salah satu faktor yang menghambat pencapaian progress pekerjaan adalah masalah kurangnya alat, atau juga kontraktor tersebut fokus untuk mengerjakan pekerjaannya ditempat lain sehingga pekerjaanya tersebut terkesan terbengkalai.

"Seperti pekerjaan jalan di Buria (Taniwel Gunung) sudah lama begitu tetapi pekerjaan saja masih lelet kayak begitu, setelah ditelusuri,  ternyata kontraktor itu kasih alatnya  kerja di tempat lain," ungkap Suruwally. (Nicko Kastanja)
Lebih baru Lebih lama