Piru || jalurseleberiti.com ||
Ada dua persoalan yang mengemuka dari warga GPM di Provinsi Maluku dan Maluku Utara pada Tahun 2022, yang menjadi perhatian Ketua Sinode GPM, Elifas Tomix Maispatella saat menyampaikan sambutannya pada pembukaan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) ke-43 Sinode GPM, yang dipusatkan di Gereja Elohim Piru, pada Minggu, (30/10/2022), yakni ketahanan daya juang ditengah Pandemi Covid -19 dan tranformasi digital.
Karena itu Maispatella menyatakan, di tahun 2022 ini. Sinode GPM terpanggil untuk membangun gereja yang memiliki ketahanan daya juang demi kualitas hidup bersama di tengah pandemi Covid - 19 dan transformasi digital, karena itu GPM secara sungguh-sungguh menumbuhkan kapasitas diri umat, pelayan dan kelembagaan.
Ditambahkannya, program peningkatan kapasitas diri umat, pelayan dan kelembagaan GPM dijalankan agar GPM bisa memainkan peran positif ditengah perubahan-perubahan yang terjadi, sambil mengakontektualisasi diri, teologi, ekleksiologi dan model-model pelayanan dalam masa Pandemi Covid - 19 dan ditengah derasnya masa tranformasi digital yang berbasis pada artificial intelegensia.
Maispatella mengungkapkan, gempuran perubahan yang terjadi berlangsung di wilayah perkotaan (urban), pinggiran kota( ruban) dan pedesaan (rural) yang memaksa seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak sampai lansia untuk menyeimbangkan diri dengan standar hidup sehat dan arus cepat digitalisasi.
Gereja juga sudah beradaptasi dengan pandemi sebagai salah satu kebencanaan non alam, selain itu juga, untuk masuk kedalam transformasi digital GPM melakukan penguatan moral dan etika umat agar tidak tergerus dengan arus perubahan yang demikian cepat dan membesar.
"Capaian kita disaat ini, bukan sekedar kelihatan didalam manajemen pelayanan berbasis online saja, tetapi kemampuan Sumber Daya Umat dan kemampuan Sumber Daya Pelayan Gereja secara intelektual, etik dan moral," ungkapnya.
Ketua MPH Sinode GPM ini mengatakan, disrupsi digital membawa umat masuk kedalam era Post - Truth sebagai satu fenomena baru secara global, dimana implikasi langsung dari era Post - Truth tersebut adalah, gereja sebagai lembaga agama dan etik harus mengkomunikasikan kebenaran-kebenaran yang asli ditengah merebaknya kebenaran manipulatif yang sering menghasilkan pembelahan sosial ditingkat bawah atau akar rumput/grass root.
"Disitulah GPM terpanggil untuk terus menyebarkan damai yang berdasar pada kebenaran bersama (common good right), sebagaimana terkandung dalam nilai kebudayaan masyarakat di Maluku dan Maluku Utara," tandasnya.
Sidang MPL ke-43 Sinode GPM yang diselenggarakan di Klasis Seram Barat ini adalah, sidang MPL dalam tahun ke dua Masa Sinode 2021- 2025 dalam agenda khusus "melangkah bersama ke satu abad GPM, Tahun 2035".
Hadir dalam acara pembukaan sidang itu, Anggota DPR-RI Daerah Pemilihan Maluku, Hendrik Lewerissa, Anggota DPD- RI, Novita Anakotta, Pimpinan umat beragama di Provinsi Maluku dan Maluku Utara dan juga tingkat Kabupaten/Kota di Maluku dan Maluku Utara, Badan Perwakilan GPM se Jabodetabek, Pimpinan OPD dalam lingkup pemerintahan Provinsi Maluku dan Maluku Utara dan Kabupaten/Kota di Maluku dan Maluku Utara, para pimpinan Kecamatan di wilayah Pelayanan GPM, para Raja, Kepala Desa dan Kepala Ohoi dalam wilayah Pelayanan GPM, Pelayan Firman, Pdt Veky Untailawan, para Panelis yang terdiri dari Pdt Prof. John Titaley, Prof. Dr. Tony Pariella, Dr. Jemmy Pieterz, Fasilitator, Pdt Hendrek Lokra, M.Si., Penelaah Alkitab, Vicaris Ekle Sopacuaperu, Digitasi Arsip Sejarah Gereja, Dr Henk Neijmeyer, para Majelis Jemaat GPM Piru beserta para Warga Jemaat dan Panitia Pelaksana Sidang MPL Sinode GPM ke-43.(Nicko Kastanja)