Sejarah Singkat Kesultanan Malaka

Jakarta || jalurseleberiti.com ||

Kesultanan Malaka memiliki wilayah kekuasaan meliputi, Semenanjung Malaka dan sebagian di pesisir timur Pulau Sumatra. Kesultanan Malaka dirintis oleh para Parameswara yang memiliki istri dari Kerajaan Majapahit.

Pada abad ke-13 Kerajaan Majapahit dilanda perang saudara setelah wafatnya Hayam Wuruk yang melibatkan para Parameswara. Pada abad ke-14 para Parameswara memilih melarikan diri ke sebuah pulau kecil yang sekarang bernama Singapura.

Namun Majapahit mengetahui kaburnya para Parameswara tersebut, kemudian para Parameswara kabur ke Semenanjung Malaya dan membangun kerajaan disana. Kemudian berdirilah Kerajaan Malaka di Semenanjung Malaya pada awal abad ke-15.

Karena letaknya yang strategis, Malaka menjadi bandar perdagangan besar yang berkembang pesat terutama dari Arab dan Gujarat India yang membawa ajaran Islam. Parameswara mendapatkan gelar Sultan Iskandarsyah.

Pada tahun 1405, Malaka mengirimkan pasukan ke Cina, Sultan Iskandarsyah bertemu dengan pemimpin Dinasti  Ming. Tahun 1409 pasukan Siam Thailand menyerbu Malaka dengan bantuan dari Kerajaan Cina serangan itu dapat dipukul mundur yang dipimpin oleh Laksamana Cheng On.

Pada tahun 1414 Sultan Iskandarsyah meninggal dunia, kemudian tahta berpindah pada putranya yaitu : Sultan Muhammad Iskandarsyah yang menikahi putri dari Raja Samudera Pasai. Kemudian Samudera Pasai pun tunduk kepada Malaka.

Setelah 10 tahun memimpin Malaka, Sultan Muhammad Iskandarsyah meninggal dunia, tahtanya digantikan oleh Sultan Muzafarsyah. Malaka semakin kuat di bidang politik, ekonomi dan pertahanan.

Kerajaan Malaka mencapai puncaknya pada masa Sultan Mansyur Syah dengan Malaka menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara. Malaka memperluas wilayah kekuasaannya baik di Semenanjung Malaka maupun di wilayah Sumatra Tengah.

Perkembangan politik Kerajaan Malaka mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Ala'uddin Riayat Syah. Banyak daerah taklukan Kerajaan Malaka yang melepaskan diri, perang dan pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Malaka.

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah, mulai menstabilkan situasi di Kerajaan Malaka. Kedatangan Bangsawan Portugis yang awalnya ingin bergabung untuk menjalin kerjasama dengan Malaka, pada akhirnya Malaka diserang oleh Portugis, pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut padab15 Agustus 1511.

Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526, Portugis membumi hanguskan Bintan. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Kampar dan meninggal dunia dua tahun kemudian.

Posisi Malaka yang strategis menyebabkan Portugis tertarik menjadikan daerah jajahan. Kehidupan perekonomian masyarakat Malaka bertumpu pada perdagangan dan pelayaran.

Masyarakat Malaka dikenal sebagai masyarakat maritim, karena masyarakatnya banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan. Kehidupan sosial masyarakat Malaka sudah diatur dalam undang-undang Kerajaan Malaka. 

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Malaka menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Kebudayaan masyarakat Malaka dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Agama Islam.

Agama yang dianut oleh masyarakat Malaka adalah Agama Islam. Peninggalan Kesultanan Malaka, diantaranya adalah : Masjid Agung Deli, Masjid Johor Bahru dan Benteng Apar Mosa.(Red)
Lebih baru Lebih lama